IDI Jayawijaya Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Pemukulan Dokter di Mamberamo Tengah
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jayawijaya meminta pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus pemukulan yang menimpa dr. Yordan Sumomba, seorang dokter yang bertugas di RSUD Lukas Enembe, Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah (Mamteng), Papua Pegunungan.
Insiden kekerasan ini terjadi pada hari Selasa, 5 November 2024, sekitar pukul 13.35 WIT, dan memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk organisasi profesi kedokteran. Dr. Lorina, Ketua IDI Cabang Jayawijaya, dalam siaran pers yang diterbitkan di Jayapura. Lorina mengungkapkan akan pentingnya untuk memastikan bahwa kasus ini diproses secara hukum hingga tuntas, sehingga tidak meninggalkan trauma atau dampak jangka panjang bagi para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertugas di Papua.
Lorina juga menekankan bahwa kekerasan terhadap dokter dan tenaga medis lainnya bukanlah hal yang bisa dianggap enteng. Menurutnya, kasus ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah dan aparat penegak hukum, karena situasi kekerasan semacam ini tidak hanya mengancam keselamatan tenaga medis, tetapi juga menghambat kualitas layanan kesehatan di wilayah yang sudah memiliki tantangan besar dalam hal fasilitas dan akses kesehatan.
"Kasus kekerasan terhadap para dokter harus menjadi perhatian khususnya pemerintah karena dengan situasi saat ini banyak dokter mau mengabdikan diri di Papua namun masih kurangnya jaminan yang menjadi kendala," ungkapnya.
Kekerasan Fisik dan Verbal di Papua
Lorina menambahkan bahwa dokter di Papua sering kali harus bekerja dalam kondisi yang penuh tantangan, di mana mereka tidak hanya menghadapi kesulitan dalam memberikan pelayanan kesehatan, tetapi juga rentan terhadap ancaman kekerasan fisik dan verbal.
"Para dokter umum dan spesialis serta tenaga kesehatan di wilayah Papua seringkali mengalami situasi konflik yang mengakibatkan kekerasan fisik dan verbal, untuk itu sudah seharusnya kami mendapatkan jaminan tersebut," ujarnya.
Salah satu alasan utama yang mendasari permintaan jaminan ini adalah karena semakin berkurangnya jumlah tenaga medis yang bersedia bekerja di Papua. Berbagai faktor, mulai dari konflik berkepanjangan hingga ancaman terhadap keselamatan pribadi, membuat banyak dokter dan tenaga kesehatan enggan untuk bertugas di wilayah tersebut. Meskipun ada banyak dokter yang ingin mengabdi di Papua, ketidakpastian terkait dengan jaminan keamanan dan keselamatan mereka sering kali menjadi hambatan terbesar.
"Jumlah dokter umum dan spesialis serta tenaga kesehatan yang mau bertugas di Tanah Papua semakin sedikit dari tahun ke tahun karena konflik dan tidak adanya jaminan keamanan dan keselamatan ini," jelas Lorina.
Ketimpangan Insentif dan Biaya Hidup
Selain masalah keamanan, Lorina juga menuturkan bahwa insentif yang diterima oleh tenaga medis di Papua sering kali tidak sebanding dengan biaya hidup yang sangat tinggi, terutama di wilayah pegunungan Papua.
Biaya hidup yang semakin membengkak, ditambah dengan ketidakpastian keamanan, membuat profesi medis di Papua kurang menarik bagi banyak dokter dan tenaga kesehatan.
"Apalagi insentif yang diterima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup di Papua terutama di wilayah Pegunungan," bebernya.
Sementara itu, dari pihak Pengurus Cabang Kalimantan Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) juga turut mengecam keras tindakan kekerasan yang menimpa Dr. Yordan Sumomba.
Dalam sebuah pernyataannya, Ketua Umum PB IDI, Moh. Adib Khumaidi, menyampaikan keprihatinannya terhadap kejadian tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan IDI Jayawijaya untuk menangani masalah ini.
"Kami mengecam keras tindakan kekerasan yang dialami oleh Dr. Yordan. Kami juga telah berkoordinasi dengan IDI Jayawijaya terkait dengan penganiayaan yang dialami oleh dr. Yordan," terangnya.
Adib menegaskan bahwa PB IDI meminta agar aparat kepolisian dan penegak hukum melakukan tindakan yang tegas dan sesuai dengan hukum yang berlaku terhadap pelaku kekerasan. Langkah ini dianggap perlu untuk memberikan efek jera dan mengirimkan pesan bahwa kekerasan terhadap tenaga medis tidak akan ditoleransi.
"Kami ingin agar seluruh sejawat dokter dan tenaga kesehatan yang berada di Mamberamo Tengah, serta di seluruh wilayah Papua, mendapatkan jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di wilayah tersebut," imbuhnya.
Tuntutan Jaminan Keamanan dan Kesejahteraan
Permintaan jaminan keamanan dan kesejahteraan para tenaga medis di Papua bukan hanya sekadar tuntutan untuk perlindungan diri mereka, tetapi juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah-daerah terpencil dan rawan konflik.
Banyak dokter dan tenaga medis lainnya yang merasa takut untuk melanjutkan tugas mereka di daerah-daerah yang masih dilanda ketegangan dan kekerasan. Tanpa adanya jaminan yang memadai, mereka khawatir akan keselamatan diri mereka dan keluarganya, sehingga banyak yang akhirnya memilih untuk berpindah tugas ke daerah yang lebih aman.
Sementara itu, kondisi sistem kesehatan di Papua yang masih kekurangan fasilitas memadai dan tenaga medis yang cukup, semakin memperburuk masalah kesehatan di wilayah tersebut. Pemerintah dan pihak terkait perlu memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan tenaga medis yang bertugas di Papua, agar mereka dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan.
Perlunya Peran Pemerintah dalam Menyelesaikan Masalah
Pemerintah pusat dan daerah di Papua harus segera mengambil langkah konkret untuk meningkatkan jaminan keamanan dan kesejahteraan tenaga medis. Tidak hanya melalui peningkatan insentif, tetapi juga dengan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap tenaga medis yang bekerja di daerah rawan konflik.
Pemerintah perlu memastikan bahwa para tenaga medis, yang berperan penting dalam menciptakan kesehatan masyarakat, dapat bekerja dalam kondisi yang aman dan nyaman.
Dengan langkah-langkah nyata ini, diharapkan para tenaga medis dapat merasa lebih dihargai dan terlindungi dalam menjalankan tugas mulia mereka. Jika kondisi ini dapat tercipta, maka diharapkan lebih banyak tenaga medis yang mau mengabdi di Papua, untuk mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di sana.
Namun, semua itu membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah, pihak berwenang, dan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kondusif bagi para tenaga medis.